Tuesday, December 24, 2013

FIRMAN TELAH MENJADI DAGING



Selamat Hari Natal! Saudara-saudara, jemaat yang dikasihi Allah, marilah kita  bersama-sama memusatkan perhatian untuk memaknai   perayaan natal yang sedang kita lakukan, dalam terang Tema:  
FIRMAN TELAH MENJADI DAGING. Yohanes 1 : 1 – 14
Kita akan mulai dengan pertanyaan, siapakah  Firman itu?
Yohanes memulai tulisan Injilnya dengan berkata: “pada mulanya adalah Firman”, dalam bahasa Yunani disebut Logos. Pernyataan Yohanes tentang Logos menjadi jawaban terhadap dunia ilmu pengetahuan yang berkembang pada saat itu di dunia Hellenisme dan Yudaisme.  Orang Yunani mengenal ‘logos’ yaitu kebijaksanaan yang didapat dari  ilmu pengetahuan,  dan orang Yahudi berkonsep tentang ‘logos’ sebagai kebijaksanaan yang didapat karena ketaatan kepada hukum-hukum. Logos seperti dikenal orang Yunani dan Yahudi sangat berbeda dengan apa yang diberitakan Yohanes, sebab ‘logos’ yang dikenal oleh orang Yunani bersifat spekulatif karena didasarkan pada ilmu pengetahuan (kata dan teori) dan  belum tentu dapat dibuktikan; demikian pula dengan ‘logos’ bagi orang Yahudi yang berdasar pada ketaatan akan hukum-hukum tidak memperlihatkan kesatuan antara kata dan tindakan, sebab bisa saja berbeda tindakan dengan apa digariskan dalam  hukum.
Logos yang diberitakan Yohanes adalah  Firman, Dia hidup dan bertindak.  Itu sebabnya Logos diterjemahkan dhabar (bhs. Ibrani), yaitu  Firman dan Peristiwa. Kalau Firman bukan sesuatu yang hidup dan bertindak, bagaimana Ia dapat berinkarnasi menjadi daging? Logos  adalah Firman yang sudah ada sejak dahulu kala (ay.1). Tidak diciptakan tetapi Pencipta - segala sesuatu berasal dari Dia (ay.3).  Dia bukan firman yang keluar dari mulut Allah, tetapi Dia adalah Firman yang ada bersama-sama dengan Allah Bapa, dan adalah Allah (ay.2). Siapakah Dia? Dialah Yesus Kristus! Firman yang berinkarnasi menjadi daging.
Mari kita telaah bersama,  apa yang menyebabkan  Allah harus  berinkarnasi menjadi manusia?
1.        Allah hendak memperkenalkan diri-Nya dan hidup bersama manusia.
Allah menjadi manusia berarti Allah bersedia untuk dikenal. Allah menyingkapkan selubung diri-Nya  untuk dikenal semua orang.  Kalau sebelumnya, Allah dianggap ‘tersembunyi’ dan   transenden –  tidak dapat diamati atau dijangkau panca indera, maka setelah berinkarnasi menjadi daging,  Allah menjadi  imanen. Itulah berita sukacita yang disampaikan Matius, ‘Imanuel’ – Allah menyertai kita (Mt. 1:23).  Manusia dengan segala kebolehannya tidak lagi berspekulasi tentang siapa dan bagaimana Allah. Allah yang dahulu kala berbicara kepada Abraham, Musa, nabi-nabi dan Israel telah menjadi daging – mengambil rupa manusia, dan bersama-sama dengan manusia.
Ada peristiwa yang luar biasa terjadi di surga dan di bumi ketika Allah berinkarnasi menjadi manusia. Jika sebelumnya Hukum Taurat dan firman yang disampaikan nabi-nabi adalah mendesak, menuntut manusia melakukan kebajikan sesuai kesegambarannya dengan Allah – Imago Dei, maka tuntutan itu dihentikan, Allah balik turun tangan, turun dari surga dan melakukan sesuatu yang terpenting dalam sejarah dunia, Allah ‘mereposisi diri’  dengan mengambil rupa manusia – Imago hominis. Allah memakai Maria di kota Betlehem untuk tujuannya itu. Di dalam diri Yesus Kristus, semua orang sudah melihat Allah secara sempurna. Maka dari itu, kita boleh berkesimpulan, bahwa manusia tidak dapat mengenal Allah kalau bukan Allah sendiri yang memperkenalkan diri-Nya (Yoh. 14:8-14).
2.       Allah mau menyelamatkan manusia.
Kata kunci untuk yang satu ini kita dapatkan dari rasul Yohanes: Karena begitu besar kasih Alah akan dunia ini sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa,  melainkan beroleh hidup yang kekal (Yoh. 3:16).
Dari surga, Allah memandang manusia di dunia telah terancam maut karena dosa, sungguh manusia membutuhkan seorang Juru Selamat. Berbeda dengan apa yang dialami Israel ketika ditindas raja Babel, itu dengan mudah ditundukkan dengan membangkitkan Koresy, raja Persia untuk membebaskan umat-Nya. Tetapi kali ini beda, yang mengancam manusia adalah maut – kematian kekal, siapa yang bisa menolongnya? Maka Allah memutuskan mengutus Anak-Nya menjadi Juru Selamat. Hanya Dia yang diperkenan Allah untuk menyelamatkannya.
Allah sungguh mencintai manusia dan tidak rela membiarkan manusia kesayangannya itu dibelenggu dosa. Maka Allah menghampiri, menolong dan menyelamatkannya. Benarlah apa yang dikatakan Paulus, oleh karena satu orang dosa menjalar kepada semua orang dan menghasilkan maut, dan oleh satu orang pula, yaitu Yesus Kristus, oleh karena kasih Allah, manusia dibenarkan dan diberi hidup yang kekal (bnd. Rm. 5:12,18). Maka semua kita hendaknya mengaminkan kabar baik yang disampaikan Yohanes: Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia” (Yoh.3:17). Untuk itu, pada malam natal ini tidak boleh tidak, sangat baik mengumandangkan nyanyian: Dia lahir untuk kami, Dia mati untuk kami, Dia bangkit untuk kami.
Bapak/ibu, saudara/i yang dikasihi Allah, apa dan bagaimana Tuhan Yesus memberi keselamatan itu kepada manusia?
a.       Menjadi teladan bagi orang percaya
Sejenak kita kembali lagi dengan kata Logos dan dhabar, yaitu Firman dan Peristiwa/tindakan. Tuhan Yesus menjadi Firman yang kelihatan, Firman yang bertindak. Dia menjadi terang bagi manusia. Dia tidak menggurui, Dia memberi teladan. Apa sebab manusia gamang dan lebih gampang mencaci dan mencerca orang lain? Bukankah karena tidak ada contoh yang patut diteladani? Untuk keselamatan manusia, Allah berhenti memarahi manusia melainkan  mengasihinya, tidak menyalahkan melainkan memberinya keteladanan. Tuhan Yesus bukan dosen terbang, tidak pula part-time. Dia hidup bersama-sama dengan manusia dan memberi hidup sepenuhnya untuk manusia. Dia tinggal di dunia,  Dia hidup dalam peradaban manusia, Dia tunduk kepada Kaisar, Dia bisa senang dan sedih, Dia merasa lapar dan haus.  Dia menjadi manusia biasa (bnd. Fil. 2:7) “turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa” (Ibr. 4:15). Dia rendah hati, Dia menjadi satu-satunya figur yang patut diteladani  dalam mengasihi, ketaatannya kepada Allah, kerendahan hati-Nya, kesucian-Nya. Semua itu diterjemahkan Yohanes dengan satu kalimat,  Dia adalah terang hidup (Yoh.1:4). Di dalam Dia semua orang boleh bercermin,  introsfeksi diri, apakah yang saya, anda telah dan sedang lakukan  berkenan di hadapan Tuhan atau tidak. Ambillah terang itu niscaya semua orang akan  tahu  mana yang baik dan tidak baik, apa yang berkenan kepada Tuhan dan yang bukan.
Jemaat yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus, kepada kita semua, apapun strata yang menjadi kebanggaan kita, kalau mau hidup benar di hadapan Allah dan manusia, dengarlah suara Yesus yang sangat lembut dan tegas: ”Sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu” (Yoh.13:15). “...di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa” (Yoh.15:5).  “Akulah jalan, kebenaran dan hidup tidak seorang pun yang sampai kepada Bapa kalau tidak melalui Aku” (Yoh.14:6).
b.       Memperbaharui dan memberdayakan manusia
Firman menjadi daging atau Allah menjadi manusia tujuannya adalah untuk memperbaharui dan memberdayakan manusia. Dalam hal apa manusia dibaharui dan diberdayakan? Yohanes bersaksi “kepada yang percaya diberi kuasa menjadi anak-anak Allah”(bnd. Yoh.1:12). Mari membuka hati yang terdalam, bukankah sesuatu hal yang baru dan menakjubkan bila Allah dengan cuma-cuma menerima kita menjadi anak-anak Allah? Di dalam Dia kita dibaharui, dan inilah kesaksian Paulus bahwa setiap orang yang ada di dalam Kristus, ia  adalah ciptaan baru (2 Kor. 5:17). Anak-anak Allah bukan hanya mereka yang percaya zaman dahulu kala tetapi juga setiap orang yang percaya sampai maranatha. Apa yang menjamin mereka menjadi anak-anak Allah? Jaminannya adalah iman dan menerima sakramen baptisan kudus dan perjamuan kudus. Dengan kedua sakramen itu setiap orang yang menerimanya dimaterai sebagai anak-anak Allah dan menjadi keluarga Allah.
c.       Panggilan Natal: Menjadi duta Kristus – agen perubahan
Bapak/ibu, saudara/i yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Kehadiran kita semua pada perayaan ini adalah bukti bahwa kita semua percaya kepada Yesus Kristus, bukan itu saja, kita berharap terjadi sesuatu bagi diri kita, rumah kita, lingkungan kita. Dengan iman setiap anggota, tidak diragukan lagi, semuanya adalah anak-anak Allah. Lantas, apa yang kita lakukan sebagai anak-anak Allah supaya terjadi perubahan?
1.         Kita kembali kepada hakekat dari Logos dan dhabar, yaitu Firman dan Tindakan. Keduanya tidak dapat dipisahkan. Belajar dari Logos dan dhabar, apapun yang telah dan sedang terjadi di rumah, di gereja, di lingkungan, di tempat belajar dan di tempat bekerja, demi suatu perubahan, lakukanlah  sesuatu. Misalnya,  berhentilah mencaci, mencemooh, memaki, mengutuki,  dan mecerca sesuatu yang sudah terjadi tetapi mulailah bertindak mengasihi  dan memberi keteladanan. Sebuah keteladanan kecil adalah jauh lebih penting dan berguna mempengaruhi orang lain untuk berubah daripada seribu kata-kata kosong yang menjengkelkan.  Tetapi jangan lupa, keteladanan yang kita beri tidak lain dari keteladanan yang diberikan Tuhan Yesus dan melakukannya di dalam nama Tuhan Yesus.

2.        Mari mencermati lingkungan di mana kita tinggal, belajar dan bekerja. Masih banyak yang hidup dalam kegelapan – tidak menerima terang Kristus; masih banyak yang belum percaya, dan bahkan banyak yang terang-terangan menjadi anti-Kristus. Boleh dikatakan dunia hunian kita sedang ‘sakit’, materialistis, egoisme, narsist, semakin panas dan ganas. Itu kelihatan dengan meningkatnya jumlah koruptor, perampokan, penipuan, balas dendam, perceraian, dll.  Kalau dunia hunian kita sedang ‘sakit’, berarti membutuhkan  seorang tabib atau dokter.
Pada sisi lain, dunia kita dikenyangkan dengan teori dan orasi-orasi yang berapi-api, sepertinya memberi perhatian dan kepedulian terjadinya suatu perbaikan di masa mendatang. Semua itu menggelikan dan menggelitik telinga. Tidak mungkin seorang pasien  sembuh jika hanya sekedar dipidatoi. Seorang sakit  membutuhkan diagnosa dan obat yang menyembuhkan. Demikian dunia di mana kita tinggal, ia tidak akan sembuh dengan teori dan omong kosong. Hutan tidak akan pernah rimbun oleh seorang pintar berpidato tetapi oleh setiap orang yang bersedia menanam pohon. Lingkungan tidak akan bersih dan sehat bila anda sendiri tidak   rela mengutip sampah. (Mari kita praktekkan hari ini, jangan membuang sampah di gereja dan halaman).  Hidup saling mengasihi tidak akan pernah terjadi bila anda sendiri tidak berkenan mengasihi, dan hidup damai akan menjadi tinggal harapan bila tidak dimulai dari diri sendiri. Mari hidup dan kuat dengan firman Tuhan Yesus: Berbahagialah yang membawa damai karena mereka akan disebut anak-anak Allah (Mt. 5:9).
3.        Tahun depan, gereja Kristus, GKPI,  genap berusia 50 tahun. Apa yang sudah dicapai, marilah kita syukuri. Semua yang ada itu adalah produk semua pelayan dan warga GKPI. Tetapi, GKPI sebagai pembawa berita, Firman dan Peristiwa, apa yang akan dilakukan untuk memanggil orang lain yang masih hidup dalam kegelapan sehingga menjadi percaya kepada Kristus?
Desember tahun 2012, ketika saya berkunjung dengan sekolah minggu GKPI Medan Kota ke penjara Tanjung Gusta, ternyata jumlah anak-anak orang Kristen tidak kalah jumlahnya dengan yang bukan Kristen. Itu sangat memilukan hati. Lalu, empat bulan lalu, ketika saya berkunjung kembali bertepatan dengan bulan misi dari seksi Pekabaran Injil dari Medan Kota, jumlah itu meningkat lagi. Jangan katakan: “itu bukan anakku...itu bukan keluargaku”. Yang terpenting sekarang adalah apa yang harus dilakukan anak-anak Allah supaya jumlah itu menurun di masa datang? Apa yang harus dilakukan gereja supaya jumlah itu tidak terjadi? Dari hasil wawancara saya dengan beberapa napi tersebut bahwa kejahatan yang mereka lakukan adalah perkosaan, merampok. Dan mereka menjawab pertanyaan saya: “Apakah mereka dulu sering sekolah minggu?”, jawabnya ‘tidak’, apakah mereka ke gereja sesudah remaja? Jawabnya ‘tidak’. Apakah ayah dan ibunya sering ke gereja? Jawabnya “tidak, hanya ibuku”. Sekarang, mari kita beri jawab, apa yang harus dilakukan seorang ibu, apa yang harus dilakukan seorang ayah, apa yang harus dilakukan gereja supaya anak-anak yang kita kasihi itu tidak in the cost di penjara?
Saya pun selalu memberi perhatian dengan meningkatnya anak-anak yang kecanduan narkoba. Narkoba dan sabu-sabu menjadi bibit penyakit yang ditebarkan setan sampai ke semua pelosok desa di Indonesia. Itu kegelapan, siapa yang bersedia membawa terang kepada mereka? Apakah kita harus berkata, “sudah zamannya”? Demikan pula dengan keluarga muda dan pemuda/i yang terjangkit HIV/Aids, dari tahun ke tahun bertambah. Demikian pula dengan judi, judi bola dan togel. Semua itu masih menggerogoti kehidupan masyarakat. Baru-baru ini, seorang ibu ketika duduk di teras rumah pendeta bertanya kepada ibu lainnya: “nomor piga haluar eda?”, “ndang huboto dope, ndang di sms do pe ahu” ninna.
Bapak/ibu, saudara/i yang dikasihi Tuhan Yesus...GKPI Medan Kota hendaknya selalu memperbaharui dirinya. Kalau kita terbangun, kita sadari bahwa kehidupan teruna-teruna gereja kita sedang ‘terancam’ oleh narkoba, kebebasan seks, HIV/Aids, miras, perjudian, dll., apa yang harus kita lakukan untuk mencegahnya? apa yang harus kita lakukan supaya pemuda/i mencintai gereja? Apa yang harus ada supaya pemuda/i betah bermain di gereja? Terpenting lagi, GKPI hendaknya selalu eksis memperbaharui dirinya sehingga menjadi duta Kristus dan agen perubahan. Apakah GKPI sudah keluar, tidak hanya memikirkan dirinya sendiri? Bagaimana dengan pendidikan? Bagaimana dengan kesehatan? Bagaimana dengan ekonomi dan hukum?
Secara khusus tentang sekolah minggu. Anggaplah ini sebagai sebuah masukan untuk dipertimbangan, bukankah bijak bila GKPI Medan Kota turut serta memperhatikan pendidikan kristen untuk anak-anak usia dini (PAUD). Pada kenyataannya, bila benih pohon diurus sejak kecil maka akan bertumbuh baik dan akan memberi benih-benih yang baik. Dengan melakukan semua itu maka gereja benar-benar memberitakan Firman telah menjadi daging. Amin. (Pdt. A. Hutauruk, M.Th).

TUHAN MENDENGARKAN SERUAN ORANG PERCAYA

PENDAHULUAN Saudara/i yang terkasih, kita bersyukur atas kasih dan penyertaan Tuhan karena kita masih bisa beribadah bersama pada ming...