Selamat Hari Natal! Saudara-saudara, jemaat yang
dikasihi Allah, marilah kita
bersama-sama memusatkan perhatian untuk memaknai perayaan natal yang sedang kita lakukan,
dalam terang Tema:
FIRMAN TELAH MENJADI
DAGING. Yohanes 1 : 1 – 14
Kita akan mulai
dengan pertanyaan, siapakah Firman itu?
Yohanes memulai
tulisan Injilnya dengan berkata: “pada mulanya adalah Firman”, dalam bahasa Yunani disebut Logos. Pernyataan Yohanes tentang Logos menjadi jawaban terhadap dunia ilmu pengetahuan yang
berkembang pada saat itu di dunia Hellenisme dan Yudaisme. Orang Yunani mengenal ‘logos’ yaitu
kebijaksanaan yang didapat dari ilmu
pengetahuan, dan orang Yahudi berkonsep
tentang ‘logos’ sebagai kebijaksanaan yang didapat karena ketaatan kepada
hukum-hukum. Logos seperti dikenal orang Yunani dan Yahudi sangat berbeda
dengan apa yang diberitakan Yohanes, sebab ‘logos’ yang dikenal oleh orang
Yunani bersifat spekulatif karena didasarkan pada ilmu pengetahuan (kata dan
teori) dan belum tentu dapat dibuktikan;
demikian pula dengan ‘logos’ bagi orang Yahudi yang berdasar pada ketaatan akan
hukum-hukum tidak memperlihatkan kesatuan antara kata dan tindakan, sebab bisa
saja berbeda tindakan dengan apa digariskan dalam hukum.
Logos yang diberitakan
Yohanes adalah Firman, Dia hidup dan bertindak. Itu sebabnya Logos diterjemahkan dhabar
(bhs. Ibrani), yaitu Firman dan Peristiwa. Kalau Firman bukan sesuatu yang hidup dan bertindak,
bagaimana Ia dapat berinkarnasi menjadi daging? Logos adalah Firman yang sudah ada sejak dahulu kala
(ay.1). Tidak diciptakan tetapi Pencipta - segala sesuatu berasal dari Dia
(ay.3). Dia bukan firman yang keluar
dari mulut Allah, tetapi Dia adalah Firman
yang ada bersama-sama dengan Allah Bapa, dan adalah Allah (ay.2). Siapakah
Dia? Dialah Yesus Kristus! Firman yang berinkarnasi menjadi daging.
Mari
kita telaah bersama, apa yang
menyebabkan Allah harus berinkarnasi menjadi manusia?
1.
Allah hendak
memperkenalkan diri-Nya dan hidup bersama manusia.
Allah
menjadi manusia berarti Allah bersedia untuk dikenal. Allah menyingkapkan
selubung diri-Nya untuk dikenal semua
orang. Kalau sebelumnya, Allah dianggap
‘tersembunyi’ dan transenden – tidak dapat diamati atau dijangkau panca
indera, maka setelah berinkarnasi menjadi daging, Allah menjadi
imanen. Itulah berita sukacita yang disampaikan Matius, ‘Imanuel’ –
Allah menyertai kita (Mt. 1:23). Manusia
dengan segala kebolehannya tidak lagi berspekulasi tentang siapa dan bagaimana
Allah. Allah yang dahulu kala berbicara kepada Abraham, Musa, nabi-nabi dan
Israel telah menjadi daging – mengambil rupa manusia, dan bersama-sama dengan
manusia.
Ada
peristiwa yang luar biasa terjadi di surga dan di bumi ketika Allah
berinkarnasi menjadi manusia. Jika sebelumnya Hukum Taurat dan firman yang
disampaikan nabi-nabi adalah mendesak, menuntut manusia melakukan kebajikan
sesuai kesegambarannya dengan Allah – Imago
Dei, maka tuntutan itu dihentikan, Allah balik turun tangan, turun dari
surga dan melakukan sesuatu yang terpenting dalam sejarah dunia, Allah
‘mereposisi diri’ dengan mengambil rupa
manusia – Imago hominis. Allah
memakai Maria di kota Betlehem untuk tujuannya itu. Di dalam diri Yesus
Kristus, semua orang sudah melihat Allah secara sempurna. Maka dari itu, kita
boleh berkesimpulan, bahwa manusia tidak dapat mengenal Allah kalau bukan Allah
sendiri yang memperkenalkan diri-Nya (Yoh. 14:8-14).
2.
Allah mau
menyelamatkan manusia.
Kata
kunci untuk yang satu ini kita dapatkan dari rasul Yohanes: Karena
begitu besar kasih Alah akan
dunia ini sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap
orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa,
melainkan beroleh hidup yang kekal (Yoh. 3:16).
Dari surga, Allah
memandang manusia di dunia telah terancam maut karena dosa, sungguh manusia
membutuhkan seorang Juru Selamat. Berbeda dengan apa yang dialami Israel ketika
ditindas raja Babel, itu dengan mudah ditundukkan dengan membangkitkan Koresy,
raja Persia untuk membebaskan umat-Nya. Tetapi kali ini beda, yang mengancam manusia
adalah maut – kematian kekal, siapa yang bisa menolongnya? Maka Allah
memutuskan mengutus Anak-Nya menjadi Juru Selamat. Hanya Dia yang diperkenan
Allah untuk menyelamatkannya.
Allah sungguh
mencintai manusia dan tidak rela membiarkan manusia kesayangannya itu
dibelenggu dosa. Maka Allah menghampiri, menolong dan menyelamatkannya.
Benarlah apa yang dikatakan Paulus, oleh karena satu orang dosa menjalar kepada
semua orang dan menghasilkan maut, dan oleh satu orang pula, yaitu Yesus
Kristus, oleh karena kasih Allah, manusia dibenarkan dan diberi hidup yang
kekal (bnd. Rm. 5:12,18). Maka semua kita hendaknya mengaminkan kabar baik yang
disampaikan Yohanes: Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia
bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia”
(Yoh.3:17). Untuk itu, pada malam natal ini tidak boleh tidak, sangat
baik mengumandangkan nyanyian: Dia lahir
untuk kami, Dia mati untuk kami, Dia bangkit untuk kami.
Bapak/ibu,
saudara/i yang dikasihi Allah, apa dan bagaimana Tuhan Yesus memberi
keselamatan itu kepada manusia?
a.
Menjadi teladan
bagi orang percaya
Sejenak kita
kembali lagi dengan kata Logos dan dhabar, yaitu Firman dan
Peristiwa/tindakan. Tuhan Yesus menjadi Firman yang kelihatan, Firman yang
bertindak. Dia menjadi terang bagi manusia. Dia tidak menggurui, Dia memberi
teladan. Apa sebab manusia gamang dan lebih gampang mencaci dan mencerca orang
lain? Bukankah karena tidak ada contoh yang patut diteladani? Untuk keselamatan
manusia, Allah berhenti memarahi manusia melainkan mengasihinya, tidak menyalahkan melainkan
memberinya keteladanan. Tuhan Yesus bukan dosen terbang, tidak pula part-time.
Dia hidup bersama-sama dengan manusia dan memberi hidup sepenuhnya untuk
manusia. Dia tinggal di dunia, Dia hidup
dalam peradaban manusia, Dia tunduk kepada Kaisar, Dia bisa senang dan sedih,
Dia merasa lapar dan haus. Dia menjadi
manusia biasa (bnd. Fil. 2:7) “turut merasakan kelemahan-kelemahan kita,
sebaliknya Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa” (Ibr. 4:15). Dia rendah
hati, Dia menjadi satu-satunya figur yang patut diteladani dalam mengasihi, ketaatannya kepada Allah,
kerendahan hati-Nya, kesucian-Nya. Semua itu diterjemahkan Yohanes dengan satu
kalimat, Dia adalah terang hidup
(Yoh.1:4). Di dalam Dia semua orang boleh bercermin, introsfeksi diri, apakah yang saya, anda
telah dan sedang lakukan berkenan di
hadapan Tuhan atau tidak. Ambillah terang itu niscaya semua orang akan tahu
mana yang baik dan tidak baik, apa yang berkenan kepada Tuhan dan yang
bukan.
Jemaat
yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus, kepada kita semua, apapun strata yang
menjadi kebanggaan kita, kalau mau hidup benar di hadapan Allah dan manusia,
dengarlah suara Yesus yang sangat lembut dan tegas: ”Sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga
berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu” (Yoh.13:15). “...di luar
Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa” (Yoh.15:5). “Akulah jalan, kebenaran dan hidup tidak
seorang pun yang sampai kepada Bapa kalau tidak melalui Aku” (Yoh.14:6).
b.
Memperbaharui dan
memberdayakan manusia
Firman
menjadi daging atau Allah menjadi manusia tujuannya adalah untuk memperbaharui
dan memberdayakan manusia. Dalam hal apa manusia dibaharui dan diberdayakan?
Yohanes bersaksi “kepada yang percaya
diberi kuasa menjadi anak-anak Allah”(bnd. Yoh.1:12). Mari membuka hati
yang terdalam, bukankah sesuatu hal yang baru dan menakjubkan bila Allah dengan
cuma-cuma menerima kita menjadi anak-anak Allah? Di dalam Dia kita dibaharui,
dan inilah kesaksian Paulus bahwa setiap
orang yang ada di dalam Kristus, ia
adalah ciptaan baru (2 Kor. 5:17). Anak-anak Allah bukan hanya
mereka yang percaya zaman dahulu kala tetapi juga setiap orang yang percaya
sampai maranatha. Apa yang menjamin mereka menjadi anak-anak Allah? Jaminannya
adalah iman dan menerima sakramen baptisan kudus dan perjamuan kudus. Dengan
kedua sakramen itu setiap orang yang menerimanya dimaterai sebagai anak-anak
Allah dan menjadi keluarga Allah.
c.
Panggilan Natal:
Menjadi duta Kristus – agen perubahan
Bapak/ibu,
saudara/i yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Kehadiran kita
semua pada perayaan ini adalah bukti bahwa kita semua percaya kepada Yesus
Kristus, bukan itu saja, kita berharap terjadi sesuatu bagi diri kita, rumah
kita, lingkungan kita. Dengan iman setiap anggota, tidak diragukan lagi,
semuanya adalah anak-anak Allah. Lantas, apa yang kita lakukan sebagai
anak-anak Allah supaya terjadi perubahan?
1.
Kita
kembali kepada hakekat dari Logos
dan dhabar, yaitu Firman dan Tindakan. Keduanya
tidak dapat dipisahkan. Belajar dari Logos
dan dhabar, apapun yang telah dan
sedang terjadi di rumah, di gereja, di lingkungan, di tempat belajar dan di
tempat bekerja, demi suatu perubahan, lakukanlah sesuatu. Misalnya, berhentilah mencaci, mencemooh, memaki,
mengutuki, dan mecerca sesuatu yang
sudah terjadi tetapi mulailah bertindak mengasihi dan memberi keteladanan. Sebuah keteladanan
kecil adalah jauh lebih penting dan berguna mempengaruhi orang lain untuk
berubah daripada seribu kata-kata kosong yang menjengkelkan. Tetapi jangan lupa, keteladanan yang kita
beri tidak lain dari keteladanan yang diberikan Tuhan Yesus dan melakukannya di
dalam nama Tuhan Yesus.
2.
Mari
mencermati lingkungan di mana kita tinggal, belajar dan bekerja. Masih banyak
yang hidup dalam kegelapan – tidak menerima terang Kristus; masih banyak yang
belum percaya, dan bahkan banyak yang terang-terangan menjadi anti-Kristus.
Boleh dikatakan dunia hunian kita sedang ‘sakit’, materialistis, egoisme,
narsist, semakin panas dan ganas. Itu kelihatan dengan meningkatnya jumlah
koruptor, perampokan, penipuan, balas dendam, perceraian, dll. Kalau dunia hunian kita sedang ‘sakit’,
berarti membutuhkan seorang tabib atau
dokter.
Pada sisi lain,
dunia kita dikenyangkan dengan teori dan orasi-orasi yang berapi-api,
sepertinya memberi perhatian dan kepedulian terjadinya suatu perbaikan di masa
mendatang. Semua itu menggelikan dan menggelitik telinga. Tidak mungkin seorang
pasien sembuh jika hanya sekedar
dipidatoi. Seorang sakit membutuhkan
diagnosa dan obat yang menyembuhkan. Demikian dunia di mana kita tinggal, ia
tidak akan sembuh dengan teori dan omong kosong. Hutan tidak akan pernah rimbun
oleh seorang pintar berpidato tetapi oleh setiap orang yang bersedia menanam
pohon. Lingkungan tidak akan bersih dan sehat bila anda sendiri tidak rela mengutip sampah. (Mari kita praktekkan
hari ini, jangan membuang sampah di gereja dan halaman). Hidup saling mengasihi tidak akan pernah
terjadi bila anda sendiri tidak berkenan mengasihi, dan hidup damai akan
menjadi tinggal harapan bila tidak dimulai dari diri sendiri. Mari hidup dan
kuat dengan firman Tuhan Yesus: Berbahagialah yang membawa damai karena mereka akan
disebut anak-anak Allah (Mt. 5:9).
3.
Tahun
depan, gereja Kristus, GKPI, genap
berusia 50 tahun. Apa yang sudah dicapai, marilah kita syukuri. Semua yang ada
itu adalah produk semua pelayan dan warga GKPI. Tetapi, GKPI sebagai pembawa
berita, Firman dan Peristiwa, apa yang akan dilakukan untuk memanggil orang
lain yang masih hidup dalam kegelapan sehingga menjadi percaya kepada Kristus?
Desember tahun
2012, ketika saya berkunjung dengan sekolah minggu GKPI Medan Kota ke penjara
Tanjung Gusta, ternyata jumlah anak-anak orang Kristen tidak kalah jumlahnya
dengan yang bukan Kristen. Itu sangat memilukan hati. Lalu, empat bulan lalu,
ketika saya berkunjung kembali bertepatan dengan bulan misi dari seksi
Pekabaran Injil dari Medan Kota, jumlah itu meningkat lagi. Jangan katakan:
“itu bukan anakku...itu bukan keluargaku”. Yang terpenting sekarang adalah apa
yang harus dilakukan anak-anak Allah supaya jumlah itu menurun di masa datang?
Apa yang harus dilakukan gereja supaya jumlah itu tidak terjadi? Dari hasil wawancara
saya dengan beberapa napi tersebut bahwa kejahatan yang mereka lakukan adalah
perkosaan, merampok. Dan mereka menjawab pertanyaan saya: “Apakah mereka dulu
sering sekolah minggu?”, jawabnya ‘tidak’, apakah mereka ke gereja sesudah
remaja? Jawabnya ‘tidak’. Apakah ayah dan ibunya sering ke gereja? Jawabnya
“tidak, hanya ibuku”. Sekarang, mari kita beri jawab, apa yang harus dilakukan
seorang ibu, apa yang harus dilakukan seorang ayah, apa yang harus dilakukan
gereja supaya anak-anak yang kita kasihi itu tidak in the cost di penjara?
Saya pun selalu
memberi perhatian dengan meningkatnya anak-anak yang kecanduan narkoba. Narkoba
dan sabu-sabu menjadi bibit penyakit yang ditebarkan setan sampai ke semua
pelosok desa di Indonesia. Itu kegelapan, siapa yang bersedia membawa terang
kepada mereka? Apakah kita harus berkata, “sudah zamannya”? Demikan pula dengan
keluarga muda dan pemuda/i yang terjangkit HIV/Aids, dari tahun ke tahun
bertambah. Demikian pula dengan judi, judi bola dan togel. Semua itu masih menggerogoti
kehidupan masyarakat. Baru-baru ini, seorang ibu ketika duduk di teras rumah
pendeta bertanya kepada ibu lainnya: “nomor piga haluar eda?”, “ndang huboto
dope, ndang di sms do pe ahu” ninna.
Bapak/ibu,
saudara/i yang dikasihi Tuhan Yesus...GKPI Medan Kota hendaknya selalu
memperbaharui dirinya. Kalau kita terbangun, kita sadari bahwa kehidupan
teruna-teruna gereja kita sedang ‘terancam’ oleh narkoba, kebebasan seks,
HIV/Aids, miras, perjudian, dll., apa yang harus kita lakukan untuk
mencegahnya? apa yang harus kita lakukan supaya pemuda/i mencintai gereja? Apa
yang harus ada supaya pemuda/i betah bermain di gereja? Terpenting lagi, GKPI
hendaknya selalu eksis memperbaharui dirinya sehingga menjadi duta Kristus dan
agen perubahan. Apakah GKPI sudah keluar, tidak hanya memikirkan dirinya
sendiri? Bagaimana dengan pendidikan? Bagaimana dengan kesehatan? Bagaimana
dengan ekonomi dan hukum?
Secara
khusus tentang sekolah minggu. Anggaplah ini sebagai sebuah masukan untuk
dipertimbangan, bukankah bijak bila GKPI Medan Kota turut serta memperhatikan
pendidikan kristen untuk anak-anak usia dini (PAUD). Pada kenyataannya, bila
benih pohon diurus sejak kecil maka akan bertumbuh baik dan akan memberi
benih-benih yang baik. Dengan melakukan semua itu maka gereja benar-benar
memberitakan Firman telah menjadi daging. Amin. (Pdt. A. Hutauruk, M.Th).