Saturday, April 12, 2014

Menjadi Pemberita dan Saksi Kebangkitan Kristus



(Kisah Rasul 10: 34-43)


Pengantar
Menyampaikan kabar tentang kebangkitan dari sebuah kematian adalah hal yang sangat sulit, apalagi menjadi pemberita saksi kebangkitan. Bagaimana kita dapat menerima – memahami secara logis, bahkan berhadapan dengan pengalaman mistis – kabar kebangkitan tersebut dan percaya akan kebangkitan Kristus, jika kita tidak melihat atau berada dalam situasi dan kondisi waktu itu? Sungguhkah Yesus bangkit dan kita percaya akan kebangkitan tersebut? Jika kita percaya akan kebangkitan-Nya, bagaimana kita dapat memaknai dan merayakan kebangkitan Kristus tersebut untuk menjadi pemberita saksi-Nya?

Mengapa banyak orang percaya sulit memaknai dan merayakan kebangkitan Kristus dalam kehidupan sehari-hari? Dalam perikop ini, Simon Petrus akhirnya diingatkan oleh Roh Kudus bahwa peristiwa kebangkitan Kristus bukanlah menjadi sebuah keselamatan yang berorientasi dan terarah kepada diri sendiri, tetapi pada panggilan untuk memikirkan, dan peduli dengan keselamatan sesama. Peristiwa Paskah seharusnya direspon dengan kegembiraan dan sukacita sebab Allah berkenan mengundang tiap orang untuk masuk dalam perjamuan keselamatan.              

Pembahasan
Kristus yang bangkit telah menggerakkan Petrus untuk memberitakan karya Keselamatan Allah. Namun, saat itu Petrus lebih fokus pada keselamatan sukunya, sebab ia menghayati karya keselamatan Allah dalam penebusan Kristus hanya ditujukan kepada umat Israel. Dalam hal ini, hati Petrus belum tersingkap seperti peristiwa yang dialami oleh Maria ketika pagi-pagi benar datang ke kubur Yesus. Maria Magdalena merasa kebingungan dan kesedihan yang mendalam karena menyaksikan jenazah Kristus lenyap dari kuburan-Nya. Kesedihan dan kebingungan Maria sangatlah manusiawi, sebab hal itu sangat wajar dan hal itu sering membuat diri kita tidak peka untuk melihat realitas kehadiran Tuhan. Saat kita sedih, galau, stress, dirundung masalah dan berbagai pergumulan hidup, kita sulit menyadari kehadiran Kristus.

Padahal, melalui peristiwa kebangkitan Kristus, Allah mengundang kita untuk menikmati anugerah keselamatan-Nya sebab karya keselamatan Allah yang telah membangkitkan Kristus bertujuan untuk memulihkan hubungan antara Allah dengan umat-Nya. Gambaran hubungan yang telah dipulihkan dinyatakan dalam Yesaya 25:6, yang berkata: “Tuhan semesta alam akan menyediakan di Gunung Sion ini bagi segala bangsa-bangsa suatu perjamuan dengan masakan yang bergemuk, suatu perjamuan dengan anggur yang tua benar; masakan yang bergemuk dan bersumsum, anggur yang tua yang disaring endapannya.”

Dalam hal ini ungkapan “masakan bergemuk dan anggur yang tua” menunjuk pada suatu kelimpahan dan berkat yang bergizi tinggi. Jamuan keselamatan Allah dalam kuasa kebangkitan Kristus pada hakikatnya merupakan jamuan syalom sehingga tiap umat yang hadir dalam perjamuan tersebut mengalami berkat Allah yang serba melimpah, bergizi dan berkualitas tinggi. Mereka tidak lagi mengalami suasana perkabungan dan air mata (Yesaya 25:7). Oleh karena itu peristiwa Paskah  seharusnya mampu mengubah karakter kita menjadi pribadi yang riang penuh syukur di tengah persoalan dan penderitaan yang tengah terjadi. Bahkan, peristiwa Paskah berarti pula memakai batu yang telah terguling sebagai media komunikasi yang efektif untuk memberitakan keselamatan Allah kepada sesama tanpa membedakan orang.

Peristiwa inilah yang dialami oleh Petrus yang diceritakan dalam perikop ini. Batu penutup di dalam hati Petrus belum berhasil digulingkan sehingga ia masih terjebak dalam eksklusivisme umat. Itulah sebabnya Allah menyingkapkan hati Petrus dengan simbolisasi kain terbentang yang berisi berbagai jenis hewan yang haram ketika rohnya diliputi kuasa ilahi (ay. 9-16). Makna penyataan Allah melalui simbolisasi kain terbentang itu adalah agar Petrus juga memberitakan keselamatan Kristus kepada segala bangsa tanpa memandang muka.

Sedangkan pada saat yang sama, Allah melalui malaikat-Nya juga menyatakan diri kepada Kornelius, seorang perwira bangsa Italia untuk menjumpai Petrus. Karya kebangkitan Kristus pada hakikatnya berupaya untuk mempertemukan tiap pihak yang semula terpisah oleh perbedaan budaya, kebangsaan, bahasa dan agama. Melalui perjumpaan tersebut, Petrus dan Kornelius mendapatkan pengertian dan pemahamannya yang lebih mendalam; masing-masing dengan pengalaman mistis . Dengan demikian, karya kebangkitan Kristus bertujuan untuk menyingkirkan tiap batu penutup yang menghalangi masing-masing orang untuk berdiskusi, saling mendengar dan bersaksi.

Berangkat dari pengalaman dan perjumpaan dengan Kornelius yang akhirnya membawa pada pertobatan dan iman kepada Kristus, Petrus kemudian berkata, “Sesungguhnya aku telah mengerti, bahwa Allah tidak membedakan orang. Setiap orang dari bangsa manapun yang takut akan Dia dan yang mengamalkan kebenaran berkenan kepada-Nya. Itulah Firman yang Ia suruh sampaikan kepada orang-orang Israel, yaitu Firman yang memberitakan damai sejahtera oleh Yesus Kristus, yang adalah Tuhan dari semua orang.” (ay. 34-36). Dalam hal inilah karya kebangkitan Kristus membuka perspektif dan media baru agar tiap orang hidup dalam kasih karunia Allah.

Dengan demikian Kristus yang bangkit adalah Kristus yang memiliki kuasa untuk menghakimi setiap orang, khususnya orang yang mengharamkan sesamanya. Melalui kematian dan kebangkitan-Nya, Kristus telah meniadakan tembok pemisah yang dahulu dipakai untuk mengasingkan dan mengharamkan sesama yang dianggap berbeda atau asing. Kristus yang telah bangkit pada hakikatnya hadir sebagai Kristus yang berkuasa mempertemukan tiap orang dalam rangkulan kasih anugerah-Nya. Tiap orang berharga di hadapan Allah karena Kristus telah menebus dosa mereka sehingga mereka tidak boleh saling meniadakan sesamanya.        

Di dalam Kristus tidak ada orang yang “haram” atau “najis” sebab tiap dosa yang telah menajiskan mereka telah ditebus-Nya. Walaupun demikian, kita masih sering berupaya menggagalkan karya keselamatan Allah dalam penebusan Kristus. Betapa sering kita masih “mengharamkan” orang lain yang berbeda dengan kita. Sebenarnya dibalik sikap “mengharamkan” orang tersebut terdapat suatu pemahaman yang keliru, yaitu mengasingkan orang orang lain karena kita menganggap diri kita lebih tinggi, lebih suci, lebih benar dan lebih layak dibandingkan orang lain.

Renungan
Sukacita Paskah adalah sukacita yang membaharui, penuh kuasa dan yang menghidupkan orang-orang percaya di dalam kuasa Roh-Nya. Perayaan Paskah adalah peristiwa yang akan memotivasi orang percaya untuk mampu bersikap positif terhadap karya keselamatan Allah. Sehingga peristiwa Paskah merupakan peristiwa rohani yang dialami tiap orang yang percaya akan kebangkitan-Nya. Oleh sebab itu, peristiwa kebangkitan Kristus bukanlah sekedar peristiwa yang hanya dapat dijelaskan dengan pemahaman dan argumentasi teologis yang bisa diterima akal (logis). Namun peristiwa kebangkitan-Nya juga merupakan sebuah proses yang akan membawa setiap orang percaya berjumpa dengan pengalaman yang mistis, sebab kebangkitan-Nya merupakan misteri Ilahi.

Peristiwa itulah yang telah meruntuhkan tembok kesedihan, keputusasaan, ketakutan yang dialami oleh Maria Magdalena, bahkan meruntuhkan tembok egoisme diri, eksklusivisme dan superioritas yang dialami oleh Simon Petrus; gambaran dari berbagai pergumulan hidup manusia. Peristiwa Paskah memampukan semua orang percaya untuk hidup di dalam kuasa-Nya, karena itulah gereja hadir di dunia setelah peristiwa Paskah. Sehingga melalui perayaan Paskah yang dihidupi di dalam liturgi gereja, umat percaya senantiasa diteguhkan bahwa melalui kebangkitan Kristus, terbuka suatu kepastian akan pengampunan dosa dan keselamatan dari Allah.

Dalam artian, melalui kebangkitan Kristuslah, selaku umat percaya kita dimampukan untuk menerobos atau melewati realitas tembok kematian, kesedihan, egoisme diri, posesif, ketakutan, eksklusivisme dan duka lara yang kita hadapi setiap hari dengan kemenangan rohani. Sehingga, dengan pemaknaan itu jugalah umat Tuhan senantiasa akan dibaharui dan diperlengkapi oleh kuasa Roh Kudus-Nya untuk menjadi pemberita dan saksi kebangkitan Kristus bagi dunia. Bersediakah kita menjadi pemberita dan saksi kebangkitan-Nya dalam setiap keberadaan kita? Memaknai dan merayakan Paskah secara rohani akan menghadirkan pengalaman baru bagi kita. Bahkan kuasa-kebangkitan-Nya akan membawa kita masuk hingga ke dalam perjalanan mistis seperti yang dialami orang-orang yang telah mempersaksikan kebangkitan-Nya di dalam Injil. Selamat merayakan Paskah. Tuhan Yesus menyertai kita. Amen.

TUHAN MENDENGARKAN SERUAN ORANG PERCAYA

PENDAHULUAN Saudara/i yang terkasih, kita bersyukur atas kasih dan penyertaan Tuhan karena kita masih bisa beribadah bersama pada ming...