(Kisah Rasul 10: 34-43)
Pengantar
Menyampaikan
kabar tentang kebangkitan dari sebuah kematian adalah hal yang sangat sulit,
apalagi menjadi pemberita saksi kebangkitan. Bagaimana kita dapat menerima –
memahami secara logis, bahkan berhadapan dengan pengalaman mistis – kabar
kebangkitan tersebut dan percaya akan kebangkitan Kristus, jika kita tidak
melihat atau berada dalam situasi dan kondisi waktu itu? Sungguhkah Yesus bangkit
dan kita percaya akan kebangkitan tersebut? Jika kita percaya akan
kebangkitan-Nya, bagaimana kita dapat memaknai dan merayakan kebangkitan
Kristus tersebut untuk menjadi pemberita saksi-Nya?
Mengapa
banyak orang percaya sulit memaknai dan merayakan kebangkitan Kristus dalam
kehidupan sehari-hari? Dalam perikop ini, Simon Petrus akhirnya diingatkan oleh
Roh Kudus bahwa peristiwa kebangkitan Kristus bukanlah menjadi sebuah
keselamatan yang berorientasi dan terarah kepada diri sendiri, tetapi pada panggilan
untuk memikirkan, dan peduli dengan keselamatan sesama. Peristiwa Paskah
seharusnya direspon dengan kegembiraan dan sukacita sebab Allah berkenan
mengundang tiap orang untuk masuk dalam perjamuan keselamatan.
Pembahasan
Kristus
yang bangkit telah menggerakkan Petrus untuk memberitakan karya Keselamatan
Allah. Namun, saat itu Petrus lebih fokus pada keselamatan sukunya, sebab ia
menghayati karya keselamatan Allah dalam penebusan Kristus hanya ditujukan
kepada umat Israel. Dalam hal ini, hati Petrus belum tersingkap seperti
peristiwa yang dialami oleh Maria ketika pagi-pagi benar datang ke kubur Yesus.
Maria Magdalena merasa kebingungan dan kesedihan yang mendalam karena
menyaksikan jenazah Kristus lenyap dari kuburan-Nya. Kesedihan dan kebingungan
Maria sangatlah manusiawi, sebab hal itu sangat wajar dan hal itu sering
membuat diri kita tidak peka untuk melihat realitas kehadiran Tuhan. Saat kita
sedih, galau, stress, dirundung masalah dan berbagai pergumulan hidup, kita
sulit menyadari kehadiran Kristus.
Padahal,
melalui peristiwa kebangkitan Kristus, Allah mengundang kita untuk menikmati
anugerah keselamatan-Nya sebab karya keselamatan Allah yang telah membangkitkan
Kristus bertujuan untuk memulihkan hubungan antara Allah dengan umat-Nya.
Gambaran hubungan yang telah dipulihkan dinyatakan dalam Yesaya 25:6, yang
berkata: “Tuhan semesta alam akan
menyediakan di Gunung Sion ini bagi segala bangsa-bangsa suatu perjamuan dengan
masakan yang bergemuk, suatu perjamuan dengan anggur yang tua benar; masakan
yang bergemuk dan bersumsum, anggur yang tua yang disaring endapannya.”
Dalam
hal ini ungkapan “masakan bergemuk dan anggur yang tua” menunjuk pada suatu
kelimpahan dan berkat yang bergizi tinggi. Jamuan keselamatan Allah dalam kuasa
kebangkitan Kristus pada hakikatnya merupakan jamuan syalom sehingga tiap umat yang hadir dalam perjamuan tersebut
mengalami berkat Allah yang serba melimpah, bergizi dan berkualitas tinggi.
Mereka tidak lagi mengalami suasana perkabungan dan air mata (Yesaya 25:7).
Oleh karena itu peristiwa Paskah
seharusnya mampu mengubah karakter kita menjadi pribadi yang riang penuh
syukur di tengah persoalan dan penderitaan yang tengah terjadi. Bahkan,
peristiwa Paskah berarti pula memakai batu yang telah terguling sebagai media
komunikasi yang efektif untuk memberitakan keselamatan Allah kepada sesama
tanpa membedakan orang.
Peristiwa
inilah yang dialami oleh Petrus yang diceritakan dalam perikop ini. Batu
penutup di dalam hati Petrus belum berhasil digulingkan sehingga ia masih
terjebak dalam eksklusivisme umat. Itulah sebabnya Allah menyingkapkan hati
Petrus dengan simbolisasi kain terbentang yang berisi berbagai jenis hewan yang
haram ketika rohnya diliputi kuasa ilahi (ay. 9-16). Makna penyataan Allah
melalui simbolisasi kain terbentang itu adalah agar Petrus juga memberitakan
keselamatan Kristus kepada segala bangsa tanpa memandang muka.
Sedangkan
pada saat yang sama, Allah melalui malaikat-Nya juga menyatakan diri kepada
Kornelius, seorang perwira bangsa Italia untuk menjumpai Petrus. Karya
kebangkitan Kristus pada hakikatnya berupaya untuk mempertemukan tiap pihak
yang semula terpisah oleh perbedaan budaya, kebangsaan, bahasa dan agama.
Melalui perjumpaan tersebut, Petrus dan Kornelius mendapatkan pengertian dan pemahamannya
yang lebih mendalam; masing-masing dengan pengalaman mistis . Dengan demikian,
karya kebangkitan Kristus bertujuan untuk menyingkirkan tiap batu penutup yang
menghalangi masing-masing orang untuk berdiskusi, saling mendengar dan
bersaksi.
Berangkat
dari pengalaman dan perjumpaan dengan Kornelius yang akhirnya membawa pada
pertobatan dan iman kepada Kristus, Petrus kemudian berkata, “Sesungguhnya aku telah mengerti, bahwa
Allah tidak membedakan orang. Setiap orang dari bangsa manapun yang takut akan
Dia dan yang mengamalkan kebenaran berkenan kepada-Nya. Itulah Firman yang Ia
suruh sampaikan kepada orang-orang Israel, yaitu Firman yang memberitakan damai
sejahtera oleh Yesus Kristus, yang adalah Tuhan dari semua orang.” (ay.
34-36). Dalam hal inilah karya kebangkitan Kristus membuka perspektif dan media
baru agar tiap orang hidup dalam kasih karunia Allah.
Dengan
demikian Kristus yang bangkit adalah Kristus yang memiliki kuasa untuk
menghakimi setiap orang, khususnya orang yang mengharamkan sesamanya. Melalui
kematian dan kebangkitan-Nya, Kristus telah meniadakan tembok pemisah yang
dahulu dipakai untuk mengasingkan dan mengharamkan sesama yang dianggap berbeda
atau asing. Kristus yang telah bangkit pada hakikatnya hadir sebagai Kristus
yang berkuasa mempertemukan tiap orang dalam rangkulan kasih anugerah-Nya. Tiap
orang berharga di hadapan Allah karena Kristus telah menebus dosa mereka
sehingga mereka tidak boleh saling meniadakan sesamanya.
Di
dalam Kristus tidak ada orang yang “haram” atau “najis” sebab tiap dosa yang
telah menajiskan mereka telah ditebus-Nya. Walaupun demikian, kita masih sering
berupaya menggagalkan karya keselamatan Allah dalam penebusan Kristus. Betapa
sering kita masih “mengharamkan” orang lain yang berbeda dengan kita.
Sebenarnya dibalik sikap “mengharamkan” orang tersebut terdapat suatu pemahaman
yang keliru, yaitu mengasingkan orang orang lain karena kita menganggap diri
kita lebih tinggi, lebih suci, lebih benar dan lebih layak dibandingkan orang
lain.
Renungan
Sukacita
Paskah adalah sukacita yang membaharui, penuh kuasa dan yang menghidupkan
orang-orang percaya di dalam kuasa Roh-Nya. Perayaan Paskah adalah peristiwa
yang akan memotivasi orang percaya untuk mampu bersikap positif terhadap karya
keselamatan Allah. Sehingga peristiwa Paskah merupakan peristiwa rohani yang
dialami tiap orang yang percaya akan kebangkitan-Nya. Oleh sebab itu, peristiwa
kebangkitan Kristus bukanlah sekedar peristiwa yang hanya dapat dijelaskan
dengan pemahaman dan argumentasi teologis yang bisa diterima akal (logis).
Namun peristiwa kebangkitan-Nya juga merupakan sebuah proses yang akan membawa
setiap orang percaya berjumpa dengan pengalaman yang mistis, sebab
kebangkitan-Nya merupakan misteri Ilahi.
Peristiwa
itulah yang telah meruntuhkan tembok kesedihan, keputusasaan, ketakutan yang
dialami oleh Maria Magdalena, bahkan meruntuhkan tembok egoisme diri,
eksklusivisme dan superioritas yang dialami oleh Simon Petrus; gambaran dari
berbagai pergumulan hidup manusia. Peristiwa Paskah memampukan semua orang
percaya untuk hidup di dalam kuasa-Nya, karena itulah gereja hadir di dunia
setelah peristiwa Paskah. Sehingga melalui perayaan Paskah yang dihidupi di
dalam liturgi gereja, umat percaya senantiasa diteguhkan bahwa melalui kebangkitan
Kristus, terbuka suatu kepastian akan pengampunan dosa dan keselamatan dari
Allah.
Dalam
artian, melalui kebangkitan Kristuslah, selaku umat percaya kita dimampukan
untuk menerobos atau melewati realitas tembok kematian, kesedihan, egoisme
diri, posesif, ketakutan, eksklusivisme dan duka lara yang kita hadapi setiap
hari dengan kemenangan rohani. Sehingga, dengan pemaknaan itu jugalah umat
Tuhan senantiasa akan dibaharui dan diperlengkapi oleh kuasa Roh Kudus-Nya
untuk menjadi pemberita dan saksi kebangkitan Kristus bagi dunia. Bersediakah
kita menjadi pemberita dan saksi kebangkitan-Nya dalam setiap keberadaan kita?
Memaknai dan merayakan Paskah secara rohani akan menghadirkan pengalaman baru
bagi kita. Bahkan kuasa-kebangkitan-Nya akan membawa kita masuk hingga ke dalam
perjalanan mistis seperti yang dialami orang-orang yang telah mempersaksikan
kebangkitan-Nya di dalam Injil. Selamat merayakan Paskah. Tuhan Yesus menyertai
kita. Amen.