Saturday, June 28, 2014

MENDENGAR PANGGILAN TUHAN DALAM BAYANG-BAYANG POLITIK DI TENGAH KISRUHNYA RUANG PUBLIK



(Nas bacaan: Yeremia 20: 7-13)

Pengantar
Saudara-saudari yang terkasih, seperti apakah kita saat ini melihat tanda-tanda zaman? Bagaimana kita dapat mengenal rupa dan suara Tuhan dalam bayang-bayang politik di tengah krisis kemanusiaan; ditengah kisruh ruang publik? Masihkah kita dapat merasakan dan menyaksikan luapan kebahagiaan umat yang penuh syukur dalam ruang publik? Sehingga dalam semua peziarahan panjang yang sedang berlangsung ini, kita senantiasa masih melihat adanya harapan dan gairah hidup bagi umat yang merindukan sebuah perubahan menuju kehidupan yang bermartabat dan berpengharapan.

Pembahasan
Dipilih untuk melakukan suatu misi atau pekerjaan adalah hal yang sangat mulia, sebab pekerjaan dan setiap profesi yang kita punya adalah panggilan yang sangat berharga (anugerah). Meskipun disaat yang sama ada konsekuensi yang harus kita tanggung dan harus kita hadapi dengan berani. Seperti perikop yang sudah kit abaca ini, kita boleh belajar dari kisah dan kesaksian hidup Yeremia, seorang nabi, pewarta; pembawa kabar dari Sang Khalik, penyambung lidah Allah kepada umat-Nya, Yehuda. Meski menghadapi pergumulan yang sangat berat – sanak saudara dan sahabat karib sekalipun ternyata bertindak sebagai musuhnya; mereka mencurigai, mencela, mengumpat sang nabi – bahkan berikhtiar membunuhnya (ay. 10).
Namun, ditengah pergumulan dan kisruh yang dihadapi, sang nabi justru bergulat dengan Allah sendiri. Yeremia akhirnya menyadari bahwa, Tuhan bukan tidak mendengarkan segala doa dan keluh kesah dari hamba-Nya itu. Sebab, ditengah jeritan putus asa di tengah malam gelap gulita; dimana tidak lagi terdengar suara Tuhan yang menghibur, justru Yeremia bersaksi bahwa ia diberi kekuatan yang baru (ay. 11). Kita dapat belajar dari seorang nabi yang lebih suka menelanjangi kelemahannya sendiri, daripada mau disanjung-sanjung sebagai pahlawan iman seperti para imam dan ulama di bangsa ini.    

Yeremia dapat bertahan dan bangkit atas tuntunan penyertaan Tuhan, sehingga ia tetap bersinar dan tegar dalam mewartakan suara kenabian. Meskipun berat memikul jabatan nabi yang sudah diberikan, tetapi ia tetap berserah kepada Tuhan. Ada tiga hal yang menjadi kunci dalam kesaksian panggilan Yeremia sebagai nabi untuk mewartakan suara Tuhan, sekalipun sesungguhnya ia berada dalam bayang-bayang politik keagamaan dan kekuasaan di tengah kisruhnya ruang publik dalam nubuatan kehancuran. Ketiga kunci tersebut juga menjadi hal yang penting untuk kita renungkan bersama, dalam menjawab panggilan kita sebagai bagian dari keluarga besar Harian Sinar Indonesia Baru ini.    

Kunci panggilan tersebut adalah kunci yang kita imani dalam konfesi Panggilan SIB. Pertama, Selalu mendengarkan suara Tuhan dalam setiap denyut kehidupan. Dalam hal ini kita haruslah belajar dari kesaksian yang disampaikan Yeremia. Ia senantiasa mendengarkan suara Tuhan. Suara Tuhan yang kita dengar adalah suara yang berseru-seru untuk setiap keadilan dan kebenaran, perjuangan melawan sebuah tirani, pembebasan yang ber-prikemanusiaan. Bagaimana kita mendengar suara Tuhan yang saat ini berada dalam bayang-bayang politik amnesia? Bagaimana kita dapat mendengar suara Tuhan untuk melawan politik penguasa yang memberangus kaum miskin dan beriman dalam politik pembiaran? Dalam menjawab semua itu, kita harus selalu mendengarkan suara Tuhan dalam setiap denyut kehidupan. Disanalah Tuhan berpesan dan panggilan SIB harus hadir sebagai media pembawa perubahan dan pembebasan.

Kedua, Intens mewartakan kabar baik supaya eksis di ruang publik. Panggilan untuk selalu hadir mendengarkan suara Tuhan haruslah intens dilakukan. Sebab untuk dapat menjadi intens bukanlah hanya sekedar atau kebetulan dikerjakan. Tetapi intens haruslah menjadi panggilan yang dikerjakan terus-menerus dan berkelanjutan (sustainable). Panggilan intens mewartakan kabar baik adalah bukti bahwa panggilan SIB akan eksis di ruang publik. Tampil dengan berani tanpa ada pretensi (kepura-puraan), menjadi menarik bagi kaum cerdik dan dibutuhkan oleh wong cilik.    

Ketiga, Bergumul dalam pengharapan supaya bersinar di tengah-tengah zaman. Mampu bertahan dalam setiap perubahan zaman adalah sebuah proses yang panjang. Proses tersebut tentulah membutuhkan ketekunan dan keuletan. Hanya orang-orang yang punya kompetensilah yang akan mampu berkompetisi. Hanya orang yang tahan ujilah yang akan memenangkan pertandingan dalam setiap perubahan zaman. Dalam pergumulan inilah Panggilan SIB harus senantiasa tetap dalam pengharapan supaya bersinar di tengah-tengah zaman. Pengharapan menjadi kunci yang harus dipegang untuk dapat bertahan dan mengenal tanda-tanda zaman.   


Renungan
Bagaimana kita dapat bertahan menjawab panggilan-Nya dalam setiap pekerjaan profesi kita? Panggilan Yeremia sebagai seorang pewarta adalah panggilan yang sama diberikan kepada kita. Umat Tuhan juga diharapkan menjadi pewarta kabar baik; yang membebaskan, menghibur, menguatkan, mensejahterakan dan, memberikan pengharapan di tengah-tengah dunia yang sedang kisruh ini. Biarlah semangat piala dunia tetap menggelora dalam ruang publik, meskipun kita dibayang-bayangi politik bangsa yang semakin memanas menjelang Pilpres pada bulan Juli nanti. Tetapi panggilan kita untuk Selalu mendengarkan suara Tuhan dalam setiap denyut kehidupan; Intens mewartakan kabar baik supaya eksis di ruang publik, serta Bergumul dalam pengharapan supaya bersinar di tengah-tengah zaman haruslah senantiasa kita kerjakan.

Menutup renungan ini, saya mengutip apa yang dikatakan oleh Elie Wiesel, seorang pewarta dan juga pegiat kemanusian: “Syairku lahir dari rahim keheningan, bahkan kesenyapan. Dosa utama seorang penyair adalah melacurkan abjad. Ia menebar bidaah saat ia melacurkan diri dengan kata-katanya. Aku menempatkan para korban tragedi kemanusiaan sebagai pembaca bahkan penulis syairku. Keheningan mencapai klimaks saat rohNya meraih tanganku untuk mengeja abjad yang memiliki kuasa menebus dunia dari rezim kegelapan. Kiranya Panggilan pekerjaan dan pelayanan kita sebagai pewarta SIB dapat menjadi inspirasi bagi bangsa ini; menyinari masyarakat Indonesia dengan iman dan pengharapan yang baru. Tuhan Yesus menyertai kita sekalian. Amen.[Dee]

*Disampaikan dalam ibadah karyawan Harian SIB 

TUHAN MENDENGARKAN SERUAN ORANG PERCAYA

PENDAHULUAN Saudara/i yang terkasih, kita bersyukur atas kasih dan penyertaan Tuhan karena kita masih bisa beribadah bersama pada ming...