(Nas bacaan: Yeremia 20: 7-13)
Pengantar
Saudara-saudari yang terkasih, seperti
apakah kita saat ini melihat tanda-tanda zaman? Bagaimana kita dapat mengenal
rupa dan suara Tuhan dalam bayang-bayang politik di tengah krisis kemanusiaan;
ditengah kisruh ruang publik? Masihkah kita dapat merasakan dan menyaksikan
luapan kebahagiaan umat yang penuh syukur dalam ruang publik? Sehingga dalam
semua peziarahan panjang yang sedang berlangsung ini, kita senantiasa masih
melihat adanya harapan dan gairah hidup bagi umat yang merindukan sebuah
perubahan menuju kehidupan yang bermartabat dan berpengharapan.
Pembahasan
Dipilih untuk melakukan suatu
misi atau pekerjaan adalah hal yang sangat mulia, sebab pekerjaan dan setiap profesi
yang kita punya adalah panggilan yang sangat berharga (anugerah). Meskipun
disaat yang sama ada konsekuensi yang harus kita tanggung dan harus kita hadapi
dengan berani. Seperti perikop yang sudah kit abaca ini, kita boleh belajar
dari kisah dan kesaksian hidup Yeremia, seorang nabi, pewarta; pembawa kabar
dari Sang Khalik, penyambung lidah Allah kepada umat-Nya, Yehuda. Meski
menghadapi pergumulan yang sangat berat – sanak saudara dan sahabat karib
sekalipun ternyata bertindak sebagai musuhnya; mereka mencurigai, mencela,
mengumpat sang nabi – bahkan berikhtiar membunuhnya (ay. 10).
Namun, ditengah pergumulan dan
kisruh yang dihadapi, sang nabi justru bergulat dengan Allah sendiri. Yeremia akhirnya
menyadari bahwa, Tuhan bukan tidak mendengarkan segala doa dan keluh kesah dari
hamba-Nya itu. Sebab, ditengah jeritan putus asa di tengah malam gelap gulita;
dimana tidak lagi terdengar suara Tuhan yang menghibur, justru Yeremia bersaksi
bahwa ia diberi kekuatan yang baru (ay. 11). Kita dapat belajar dari seorang
nabi yang lebih suka menelanjangi kelemahannya sendiri, daripada mau
disanjung-sanjung sebagai pahlawan iman seperti para imam dan ulama di bangsa
ini.
Yeremia dapat bertahan dan bangkit
atas tuntunan penyertaan Tuhan, sehingga ia tetap bersinar dan tegar dalam
mewartakan suara kenabian. Meskipun berat memikul jabatan nabi yang sudah
diberikan, tetapi ia tetap berserah kepada Tuhan. Ada tiga hal yang menjadi
kunci dalam kesaksian panggilan Yeremia sebagai nabi untuk mewartakan suara
Tuhan, sekalipun sesungguhnya ia berada dalam bayang-bayang politik keagamaan
dan kekuasaan di tengah kisruhnya ruang publik dalam nubuatan kehancuran. Ketiga
kunci tersebut juga menjadi hal yang penting untuk kita renungkan bersama,
dalam menjawab panggilan kita sebagai bagian dari keluarga besar Harian Sinar
Indonesia Baru ini.
Kunci panggilan tersebut adalah
kunci yang kita imani dalam konfesi Panggilan
SIB. Pertama, Selalu mendengarkan suara Tuhan dalam setiap
denyut kehidupan. Dalam hal ini kita haruslah belajar dari kesaksian yang
disampaikan Yeremia. Ia senantiasa mendengarkan suara Tuhan. Suara Tuhan yang
kita dengar adalah suara yang berseru-seru untuk setiap keadilan dan kebenaran,
perjuangan melawan sebuah tirani, pembebasan yang ber-prikemanusiaan. Bagaimana
kita mendengar suara Tuhan yang saat ini berada dalam bayang-bayang politik amnesia?
Bagaimana kita dapat mendengar suara Tuhan untuk melawan politik penguasa yang
memberangus kaum miskin dan beriman dalam politik pembiaran? Dalam menjawab
semua itu, kita harus selalu mendengarkan suara Tuhan dalam setiap denyut
kehidupan. Disanalah Tuhan berpesan dan panggilan SIB harus hadir sebagai media
pembawa perubahan dan pembebasan.
Kedua, Intens
mewartakan kabar baik supaya eksis di ruang publik. Panggilan untuk selalu
hadir mendengarkan suara Tuhan haruslah intens dilakukan. Sebab untuk dapat
menjadi intens bukanlah hanya sekedar atau kebetulan dikerjakan. Tetapi intens
haruslah menjadi panggilan yang dikerjakan terus-menerus dan berkelanjutan (sustainable). Panggilan intens mewartakan
kabar baik adalah bukti bahwa panggilan SIB akan eksis di ruang publik. Tampil
dengan berani tanpa ada pretensi (kepura-puraan), menjadi menarik bagi kaum cerdik
dan dibutuhkan oleh wong cilik.
Ketiga, Bergumul dalam
pengharapan supaya bersinar di tengah-tengah zaman. Mampu bertahan dalam setiap perubahan zaman adalah
sebuah proses yang panjang. Proses tersebut tentulah membutuhkan ketekunan dan keuletan.
Hanya orang-orang yang punya kompetensilah yang akan mampu berkompetisi. Hanya
orang yang tahan ujilah yang akan memenangkan pertandingan dalam setiap
perubahan zaman. Dalam pergumulan inilah Panggilan SIB harus senantiasa tetap
dalam pengharapan supaya bersinar di tengah-tengah zaman. Pengharapan menjadi
kunci yang harus dipegang untuk dapat bertahan dan mengenal tanda-tanda zaman.
Renungan
Bagaimana kita dapat bertahan menjawab
panggilan-Nya dalam setiap pekerjaan profesi kita? Panggilan Yeremia sebagai
seorang pewarta adalah panggilan yang sama diberikan kepada kita. Umat Tuhan
juga diharapkan menjadi pewarta kabar baik; yang membebaskan, menghibur,
menguatkan, mensejahterakan dan, memberikan pengharapan di tengah-tengah dunia yang
sedang kisruh ini. Biarlah semangat piala dunia tetap menggelora dalam ruang publik,
meskipun kita dibayang-bayangi politik bangsa yang semakin memanas menjelang
Pilpres pada bulan Juli nanti. Tetapi panggilan kita untuk Selalu mendengarkan suara Tuhan dalam setiap denyut kehidupan; Intens
mewartakan kabar baik supaya eksis di ruang publik, serta Bergumul dalam pengharapan supaya bersinar
di tengah-tengah zaman haruslah senantiasa kita kerjakan.
Menutup renungan ini, saya
mengutip apa yang dikatakan oleh Elie Wiesel, seorang pewarta dan juga pegiat
kemanusian: “Syairku lahir dari rahim
keheningan, bahkan kesenyapan. Dosa utama seorang penyair adalah melacurkan
abjad. Ia menebar bidaah saat ia melacurkan diri dengan kata-katanya. Aku
menempatkan para korban tragedi kemanusiaan sebagai pembaca bahkan penulis
syairku. Keheningan mencapai klimaks saat rohNya meraih tanganku untuk mengeja
abjad yang memiliki kuasa menebus dunia dari rezim kegelapan. Kiranya Panggilan
pekerjaan dan pelayanan kita sebagai pewarta SIB dapat menjadi inspirasi bagi
bangsa ini; menyinari masyarakat Indonesia dengan iman dan pengharapan yang baru.
Tuhan Yesus menyertai kita sekalian. Amen.[Dee]
*Disampaikan dalam ibadah karyawan Harian SIB