Renungan Minggu Exaudi:
Dengarkan – jawab
(Yoh.
17:1-11)
Alkisah,
di sebuah kerajaan yang masyur, ada seorang raja yang sangat dicintai rakyatnya
karena memerintah dengan bijaksana, sehingga rakyat hidup aman dan sejahtera.
Raja tersebut mempunyai banyak putra dan putri, namun sayang, sejak kecil
mereka tidak pernah akur. Raja sangat gelisah dan tidak tenang. “Bila tercerai-berai
karena tidak akur bagaimana mungkin dapat melawan musuh, begitu pikir sang
raja.” Berbagai upaya telah dilakukan untuk memberi pengertian kepada
anak-anaknya agar jangan hanya memikirkan diri sendiri. Raja sangat
menginginkan mereka akur dan bersatu sehingga bisa bahu-membahu jika menghadapi
serangan dari luar, serta bisa memberi contoh rakyatnya hidup rukun di negeri
sendiri.
Suatu
hari, raja dan semua anak-anaknya berkumpul di meja makan, sebelum acara makan
dimulai, raja memerintahkan kepada mereka: ”Anakku, ambillah sebatang sumpit di
depan kalian dan coba patahkan.” Walaupun heran dengan perintah sang ayah,
mereka segera mematuhinya dan mematahkan sumpit itu dengan mudah. Kemudian,
raja meminta sumpit tambahan kepada pelayan. ”Sekarang, patahkan sepasang
sumpit di depan kalian itu.” Kembali mereka dengan senang hati memamerkan kekuatan
fisik masing-masing dan segera patahlah sepasang sumpit tersebut.
Raja
kemudian kembali meminta sumpit tambahan dan memerintahkan anak-anaknya
mematahkan sumpit yang kali ini ada tiga batang. Dengan susah payah dipatahkan dan
akhirnya mereka menyerah. Salah seorang dari mereka lantas bertanya: ”Ayah, mengapa kami harus mematahkan
sumpit-sumpit ini dari satu batang hingga tiga batang. Untuk apa semua ini?”
”Pertanyaan bagus anakku. Sumpit-sumpit adalah sebuah perlambang kekuatan. Jika
satu batang mudah dipatahkan, maka jika beberapa batang sumpit disatukan, tidak
akan mudah untuk dipatahkan. Sama seperti kalian. Bila kalian bersatu, maka
tidak akan ada pihak luar atau musuh yang akan mengalahkan kita. Tapi bila
kekuatan kita tercerai berai, maka musuh akan mudah mengalahkan kita.”
Ayah
ingin kalian bersatu, bersama-sama membangun negara dan rakyat negeri ini. Jika
kita mampu menjaga kekompakan dan memberi contoh kepada seluruh rakyat negri
ini, maka kerajaan kita pasti akan tetap sejahtera dan semakin makmur,” jelas
sang raja. ”Anak-anakku, usia ayah sudah lanjut. Kini saatnya ayah titipkan
kerajaan ini ke tangan kalian semua. Ayah percaya kalian akan mampu
menyelesaikan masalah di negeri ini bila kalian bersatu.”
Demikian
juga halnya dalam tema pada minggu ini, yaitu minggu eksaudi, supaya semua
pengikut Kristus menjadi satu – menjadi gereja yang kudus dan am – serta mendengarkan
Dia. Tuhan Yesus berdoa kepada Bapa, supaya ada kesatuan pada murid-murid-Nya.
Di dalam kesatuan itulah Yesus menjadi dipermuliakan dan kemuliaan itu juga
dipersembahkan kepada Bapa di surga.
Tujuan
Tuhan Yesus mendoakan murid-murid-Nya adalah supaya mereka menjadi satu; tidak
tercerai-berai karena merasa benar dan istimewa. Tuhan Yesus juga telah
mengingatkan mereka, di mana ada perpecahan, di mana ada eksklusivisme, di mana
ada persaingan, di mana ada yang menonjolkan diri, dan di mana ada yang merasa
hebat diantara para murid, maka kekristenan akan sangat dirugikan, dan doa
Tuhan Yesus pun digagalkan.
Tuhan
Yesus berdoa bagi murid-murid karena Bapa-lah yang telah menyerahkan mereka
kepada-Nya. Sehingga Tuhan Yesus mau membawa mereka kembali kepada Bapa supaya
ada dalam pemeliharaan Bapa, sebab mereka masih ada di dalam dunia. Demikianlah
juga, supaya murid-murid juga tahu bahwa Bapa-lah yang mengutus Yesus kepada
mereka dan mereka akhirnya sudah menjadi milik Bapa.
Kita
adalah murid-murid-Nya. Murid itu pada hakekatnya adalah seorang yang sudah
menyadari dan melihat Allah di dalam tindakan Yesus; percaya dan menjadi
pengikut-Nya selama di dunia. Seperti halnya Allah telah mengutus Yesus ke
dunia (masyarakat yang belum mengenal Allah Bapa), demikianlah Yesus mengutus
murid-murid-Nya kepada dunia ini dan berdoa bagi mereka.