Friday, September 2, 2016

Pergi ya Pak!








Setiap pagi mereka bangun pukul lima.
Jika cuaca hujan atau dingin, selambatnya bangun pukul lima lewat dua lima.
Mengapa tidur sangat menyenangkan bagi mereka?
Karena Mamre adalah surga kecil yang tersingkap di Simalungun Raya

Setelah bangun biasanya mereka saya ajak berdoa.
Jika saya terlambat bangun mungkin mereka bisa lupa.
Saya tahu seharusnya jangan begitu.
Tetapi hal ini memang kenyataan, yang mengajarkanku untuk terus berlatih ketaatan.

Membuka baju hingga telanjang,
Menantang dinginnya pagi dengan balutan handuk kusam yang melekat di badan
Langkah kaki-kaki kecil beriringan seperti kawanan kancil,
Tidak takut memandikan air dingin, sekalipun bibir bergetar pertanda tubuh menggigil

Suasana rumah pun menjadi megah, ketika lonceng makan memanggil ramah
Seragam merah putih menjadi kebanggan dan ransel punggung tidak menjadi beban
Sarapan pagi pukul enam tepat, buncis wortel teri menjadi semakin nikmat
Susu bukanlah penentu sarapan, jika tidak dinikmati dalam doa, firman dan puji-pujian.

“Terima kasih, terima kasih, terima kasih ya Tuhan”.
Pujian ini yang sering mereka ucapkan dalam untaian penuh pengharapan.
Mari sama-sama kita mengucapkan: “Bapa kami yang Surga”
Seakan doa yang diucapkan menjadi mantra manda guna

Ternyata tidak hanya itu mantra yang mereka punya.
Mantra yang kerapkali tulus diucapkan penuh kepastian:
“Pergi ya Pak! Pergi ya Bu!”
Seakan menjadi mantra yang menghantarkan mereka berjalan dalam penyertaan.

“Iya nak! Selamat bersekolah ya!”
Hanya itulah yang dapat kuucapkan.
Bayangan mereka pun menghilang dalam ikhtiar yang kuhaturkan.
Air mataku tertumpah dan Jiwaku seakan berada di rumah.

Aku teringat dengan masa kecilku yang kelam penuh kenangan.
Tidak pernah mengucapkan kata salam kecuali karena uang jajan.
Hanya doa dan air mata yang terungkap dalam pengakuan.
Memohon ampun-Nya karena sudah diberi belas kasihan.

Hai orang tua, ingatkah engkau dengan masa lalumu?
Maka berangkatkanlah anak-anakmu dalam doa yang terjaga.
Itulah ikhtiarmu yang menyertai pendidikan mereka.

Mamre, pukul tujuh lewat lima.


Pesan bijak:
Orang tua bijak haruslah mampu memberikan waktu bagi anak
untuk mengetahui dimana mereka berpijak dalam setiap interaksi dan gerak..
Tidak ada waktu yang terlalu mahal
karena setiap kesempatan bersama mereka,
merupakan kebutuhan yang tidak cukup hanya dengan verbal dan material.

TUHAN MENDENGARKAN SERUAN ORANG PERCAYA

PENDAHULUAN Saudara/i yang terkasih, kita bersyukur atas kasih dan penyertaan Tuhan karena kita masih bisa beribadah bersama pada ming...